Siapa sih, yang tak ingin hidup di luar negeri? Bagi saya yang selama nyaris 22 tahun hidup di tanah kelahiran, hidup (kerja/kuliah) di luar negeri adalah satu dari beragam keinginan yang saya tulis di bucket list saya. Paling tidak, menjejakkan kaki untuk sekedar travelling juga boleh.
Sayangnya, niat saya untuk berkelana ke luar negeri terharang restu orang tua yang memang susah jauh dari anak-anaknya. Jangankan untuk keluar negeri, ikut kegiatan ILMPI di luar kota saja saya izinnya paling tidak tiga bulan menjelang berangkat (yep, you read it right!). Belum lagi syarat untuk tinggal di luar negeri buat saya adalah harus nikah dulu. Nah, berat kan? Berhubung belum nikah dan belum berniat untuk menikah dalam waktu dekat untuk sementara saya hanya bisa blogwalking membaca kisah para blogger yang hidup di luar negeri. Salah satunya adalah mbak Alfa yang kini menetap di Brunei.
Saya dan mbak Alfa memiliki setidaknya dua kemirpan. Kami sama-sama berkacamata dan memiliki latar belakang psikologi. Yah, kalo mbak Alfa sih udah kelar kuliahnya, beda sama saya yang masih jungkir balik sama skripsi.
Saya dan mbak Alfa memiliki setidaknya dua kemirpan. Kami sama-sama berkacamata dan memiliki latar belakang psikologi. Yah, kalo mbak Alfa sih udah kelar kuliahnya, beda sama saya yang masih jungkir balik sama skripsi.