cover diambil dari Goodreads.com |
Penulis : Tere Liye
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2013, edisi kesebelas
Tebal : 264 halaman
Format : Paperback
ISBN : 978-979-22-5780-9
Dia bagai malaikat bagi keluarga kami. Merengkuh aku, adikku, dan Ibu dari kehidupan jalanan yang miskin dan nestapa. Memberikanku makan, tempat berteduh, sekolah, dan janji masa depan yang lebih baik.
Dia sungguh bagai malaikat bagi keluarga kami. Memberikan kasih sayang, perhatian, dan teladan tanpa mengharap budi sekali pun. Dan lihatlah, aku membalas itu semua dengan membiarkan mekar perasaan ini.
Ibu benar, tak layak aku mencintai malaikat keluarga kami. Tak pantas. Maafkan aku, Ibu. Perasaan kagum, terpesona, atau entahlah itu muncul tak tertahankan bahkan sejak rambutku masih dikepang dua.
Sekarang, ketika aku tahu dia boleh jadi tidak pernah menganggapku lebih dari seorang adik yang tak tahu diri, biarlah... Biarlah aku luruh ke bumi seperti sehelai daun... daun yang tidak pernah membenci angin meski harus terenggukkan dari tangkai pohonnya.
***
Apa jadinya jika seorang gadis menyukai seorang pria yang usianya jauh lebih tua darinya? Bingung? Merasa aneh? Atau malah jijik?
Ini buku kedua Tere Liye yang saya baca setelah Hafalan Shalat Delisa. Jujur saya akui Tere Liye punya kemampuan penulisan cerita yang bagus. Hafalan Shalat Delisa pun sampai sekarang masih menjadi salah satu novel kesukaan saya. Sayang saya baru sempat membaca dua dari banyaknya novel yang telah ditulis Tere Liye.
Judul novel ini lumayan panjang, jadi saya akan menyingkatnya dengan DYJTPMA (panjang juga sih jadinya). DYTJPMA ini bercerita tentang sebuah keluarga yang diselamatkan dari jurang kemiskinan oleh seorang pemuda yang kemudian menjadi bagian dari keluarga tersebut. Pusat cerita ini adalah Tania -- tokoh utama sekaligus pencerita dalam kisah ini, Danar si malaikat penolong, Ratna, serta Dede yang menjadi tokoh kunci dalam lingkaran konflik dalam cerita ini.
Konflik dalam novel ini berpusat pada perasaan Tania kepada Danar yang usianya jauh lebih tua empat belas tahun dibanding dirinya. Konflik semakin besar dengan kehadiran Ratna yang kemudian diperistri oleh Danar, menyebabkan hubungan Tania dan Danar renggang seketika.
Jujur, kalau saya tidak berkuliah di jurusan Psikologi, saya pasti akan mengira Danar adalah seorang pedofil di akhir cerita, karena menyukai Tania yang ketika awal bertemu masih berusia belasan. Tapi mari kita koreksi. Pedofil adalah seseorang yang memiliki ketertarikan secara seksual terhadap anak di bawah umur. Lantas apakah Danar seorang pedofil? Tentu tidak, karena hingga akhir cerita sama sekali tidak ada bagian dimana Danar menunjukkan ketertarikan secara seksual kepada Tania. Jadi dapat kita klarifikasi kalau Danar sama sekali bukan pedofil.
Hanya saja, saya sedikit bingung dengan alur cerita dalam novel ini yang maju mundur. Terlebih cerita ini hanya menyampaikan sudut pandang Tania, mengesampingkan sudut pandang Danar ataupun Dede yang juga menjadi tokoh utama. Sehingga sulit bagi saya membayangkan apa yang dirasakan Danar, atau perasaan Dede yang menyimpan potongan puzzle permasalahan mereka.
Satu lagi yang membuat saya sedikit sebal adalah ide tentang seorang bocah yang menyukai laki-laki yang jauh lebih dewasa atau sebaliknya. Bukan karena permasalahan usia yang terentang jauh, tapi lebih kepada konsep suka-sayang-kagum-cinta yang memang tipis sekali bedanya (akan saya bahas kapan-kapan). Saya merasa bahwa perasaan yang dirasakan Tania terhadap Danar tak lebih dari sekedar rasa kagum yang kemudian disalahartikan menjadi rasa cinta. Tania menganggap Danar sebagai sosok yang demikian sempurna, sosok malaikat yang telah menyelamatkan hidup mereka dari keterpurukan.
Begitupun Danar, sulit bagi saya membayangkan sosok seorang "kakak" yang menyukai "adik"nya meski mereka bukan saudara kandung. Yah, walaupun zaman sekarang banyak kasus "kakak-adik zone" tapi tetap saja sulit bagi saya membayangkannya. Mungkin jika Danar bertemu Tania yang sudah berusia dua puluhan saya akan merasa biasa saja. Karena dalam kehidupan nyata pun ada banyak sekali pasangan yang usianya terpaut belasan tahun, bahkan lebih. Tapi ide menyukai bocah belasan tahun yang sudah dianggap adik sedikit mengganggu saya. Bagaimana mungkin status seorang "adik" bisa berubah menjadi "kekasih"?
Tapi tetap saja, Tere Liye punya gaya penceritaan yang bagus, mampu menghanyutkan pembaca.
Jujur, kalau saya tidak berkuliah di jurusan Psikologi, saya pasti akan mengira Danar adalah seorang pedofil di akhir cerita, karena menyukai Tania yang ketika awal bertemu masih berusia belasan. Tapi mari kita koreksi. Pedofil adalah seseorang yang memiliki ketertarikan secara seksual terhadap anak di bawah umur. Lantas apakah Danar seorang pedofil? Tentu tidak, karena hingga akhir cerita sama sekali tidak ada bagian dimana Danar menunjukkan ketertarikan secara seksual kepada Tania. Jadi dapat kita klarifikasi kalau Danar sama sekali bukan pedofil.
Hanya saja, saya sedikit bingung dengan alur cerita dalam novel ini yang maju mundur. Terlebih cerita ini hanya menyampaikan sudut pandang Tania, mengesampingkan sudut pandang Danar ataupun Dede yang juga menjadi tokoh utama. Sehingga sulit bagi saya membayangkan apa yang dirasakan Danar, atau perasaan Dede yang menyimpan potongan puzzle permasalahan mereka.
Satu lagi yang membuat saya sedikit sebal adalah ide tentang seorang bocah yang menyukai laki-laki yang jauh lebih dewasa atau sebaliknya. Bukan karena permasalahan usia yang terentang jauh, tapi lebih kepada konsep suka-sayang-kagum-cinta yang memang tipis sekali bedanya (akan saya bahas kapan-kapan). Saya merasa bahwa perasaan yang dirasakan Tania terhadap Danar tak lebih dari sekedar rasa kagum yang kemudian disalahartikan menjadi rasa cinta. Tania menganggap Danar sebagai sosok yang demikian sempurna, sosok malaikat yang telah menyelamatkan hidup mereka dari keterpurukan.
Begitupun Danar, sulit bagi saya membayangkan sosok seorang "kakak" yang menyukai "adik"nya meski mereka bukan saudara kandung. Yah, walaupun zaman sekarang banyak kasus "kakak-adik zone" tapi tetap saja sulit bagi saya membayangkannya. Mungkin jika Danar bertemu Tania yang sudah berusia dua puluhan saya akan merasa biasa saja. Karena dalam kehidupan nyata pun ada banyak sekali pasangan yang usianya terpaut belasan tahun, bahkan lebih. Tapi ide menyukai bocah belasan tahun yang sudah dianggap adik sedikit mengganggu saya. Bagaimana mungkin status seorang "adik" bisa berubah menjadi "kekasih"?
Tapi tetap saja, Tere Liye punya gaya penceritaan yang bagus, mampu menghanyutkan pembaca.
"Bahwa hidup harus menerima... penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus mengerti... pengertian yang benar. Bahwa hidup harus memahami... pemahaman yang tulus. Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, dan pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewwat kejadian yang sedih dan menyakitkan" - halaman 196