Finally, tema My December Posting Projectnya kak Fhia gak seberat gajah. Mungkin ini tema favoritku. Tapi kali ini ngerjainnya nyambi ngafal fisika bareng Arif via chat FB. HA HA!
Jadi ingat percakapanku sewaktu istirahat di press room dengan wartawan Padang Ekspress.
Yup, cita-citaku adalah menjadi wartawan, meliput daerah-daerah konflik dan memberitakan kepada dunia betapa menderitanya korban-korban perang. Atau meliput skandal-skandal politik dan menguaknya ke muka publik. Atau meliput festival-festival unik dan menarik.
Aku merasa jadi wartawan itu asik, keren, dan menyenangkan. Wartawan itu enak, berbekal kartu pers bisa keluar masuk kesana kemari, bisa keliling dunia. Tentunya sambil ngeliput. Apalagi setelah mendengar berbagai pengalaman wartawan senior seperti Ahmad Fuadi yang sempat menjadi wartawan VOA Indonesia, kak Ria yang uda ketemu menteri ini menteri itu. Atau bang Dodi yang masih muda tapi uda jadi freelancer dimana-mana. Atau Najwa Shihab yang uda terkenal sebagai jurnalis semenjak meliput konflik di Afghan Keren banget kan?
Makanya, meskipun ortu masih belum setuju, tapi hatiku udah mantap buat melanjutkan kuliah di Ilmu Komunikasi.
SOMETHING YOU HOPE TO DO IN YOUR LIFE
Jadi ingat percakapanku sewaktu istirahat di press room dengan wartawan Padang Ekspress.
Abang PadEk : "Ini emang cita-citanya pengen jadi wartawan atau cuma hobi aja?"
Me : "Iya bang! Aku kepengen banget jadi wartawan. Apalagi yang ngeliput ke daerah perang itu lho bang. Keren banget!"
Yup, cita-citaku adalah menjadi wartawan, meliput daerah-daerah konflik dan memberitakan kepada dunia betapa menderitanya korban-korban perang. Atau meliput skandal-skandal politik dan menguaknya ke muka publik. Atau meliput festival-festival unik dan menarik.
Aku merasa jadi wartawan itu asik, keren, dan menyenangkan. Wartawan itu enak, berbekal kartu pers bisa keluar masuk kesana kemari, bisa keliling dunia. Tentunya sambil ngeliput. Apalagi setelah mendengar berbagai pengalaman wartawan senior seperti Ahmad Fuadi yang sempat menjadi wartawan VOA Indonesia, kak Ria yang uda ketemu menteri ini menteri itu. Atau bang Dodi yang masih muda tapi uda jadi freelancer dimana-mana. Atau Najwa Shihab yang uda terkenal sebagai jurnalis semenjak meliput konflik di Afghan Keren banget kan?
Makanya, meskipun ortu masih belum setuju, tapi hatiku udah mantap buat melanjutkan kuliah di Ilmu Komunikasi.
FASILKOM UNPAD 2013! YEAH \m/
Lagi-lagi tema My December Posting Projectnya kak Fhia berat banget. Berat, seberat gajah *eh?*
Berat.... sangat berat.....
Memaaafkan itu gampang-gampang susah, soalnya menyangkut masalah hati. Namun bukankah memaafkan lebih mulia dari meminta maaf? Ya, tentu saja. Bukankah itu telah diajarkan Rasulullah SAW dalam sunnahnya?
Kali ini aku akan berkisah saja
Dulu waktu SD aku punya teman dekat. Sangat dekat malah. Duduk sebelahan, main bareng, pulang sekolah bareng. Pokoknya kemana-mana bareng! Sampe akhirnya saat kelas 4 SD semester 2 dia harus pindah. Tanpa pamit, tanpa salam. Bahkan aku gak tau alasan dia pindah. Aku sedih, marah, kecewa. Butuh waktu lama bagiku untuk akhirnya bisa terbiasa tanpanya.
Dan ketika aku telah terbiasa tanpanya, bahkan telah menemukan penggantinya, tiba-tiba saja ia kembali. Tanpa rasa bersalah, tanpa kata maaf, bahkan sama sekali tidak memberikan penjelasan. Aku marah besar.
Begitu sulitkah bagiku untuk memaafkannya? Mungkin. Aku tak tahu pasti. Sebagian dari hatiku memaafkannya. Sebagian lainnya? Tak ingin bertemu dengannya lagi. Dan hingga kini, aku belum pernah bertemu dengannya lagi, sejak kali terakhir kami bertemu.
Sulitkah untuk memaafkan?
A.S.O
SOMETHING YOU HAVE TO FORGIVE SOMEONE FOR
Berat.... sangat berat.....
Memaaafkan itu gampang-gampang susah, soalnya menyangkut masalah hati. Namun bukankah memaafkan lebih mulia dari meminta maaf? Ya, tentu saja. Bukankah itu telah diajarkan Rasulullah SAW dalam sunnahnya?
Kali ini aku akan berkisah saja
Dulu waktu SD aku punya teman dekat. Sangat dekat malah. Duduk sebelahan, main bareng, pulang sekolah bareng. Pokoknya kemana-mana bareng! Sampe akhirnya saat kelas 4 SD semester 2 dia harus pindah. Tanpa pamit, tanpa salam. Bahkan aku gak tau alasan dia pindah. Aku sedih, marah, kecewa. Butuh waktu lama bagiku untuk akhirnya bisa terbiasa tanpanya.
Dan ketika aku telah terbiasa tanpanya, bahkan telah menemukan penggantinya, tiba-tiba saja ia kembali. Tanpa rasa bersalah, tanpa kata maaf, bahkan sama sekali tidak memberikan penjelasan. Aku marah besar.
Begitu sulitkah bagiku untuk memaafkannya? Mungkin. Aku tak tahu pasti. Sebagian dari hatiku memaafkannya. Sebagian lainnya? Tak ingin bertemu dengannya lagi. Dan hingga kini, aku belum pernah bertemu dengannya lagi, sejak kali terakhir kami bertemu.
Sulitkah untuk memaafkan?
A.S.O