Persepsi Sukses dan Mapan (A Babbling)
12:29 PM
Apa yang menjadi definisi sukses
dan mapan menurut Anda? Apakah kaya? Apakah memiliki pekerjaan yang prestisius?
Punya kesempatan travelling keliling dunia?
Tiap orang memiliki definisi
sukses dan mapan menurut mereka masing-masing. Saya secara pribadi mendefinisikan
sukses dan mapan (di luar menikah dan memiliki anak tentunya) sebagai memiliki pekerjaan tetap yang saya cintai
segenap hati dan mampu menghidupi diri sendiri dan orang tua. In short, being happy.
Banyak orang mengukur kesuksesan
dan kemapanan berdasarkan materi. Seberapa kaya ia, berapa banyak mobil yang
terparkir di garasinya, berapa banyak properti yang dimilikinya, dan
seterusnya, dan sebagainya. Padahal seperti kata Katy Perri, money can’t buy us happiness.
Saya memiliki banyak teman yang
sukses meski tidak bergelimpangan materi. They
are all same, happy. Mereka punya pekerjaan tetap meski bukan pekerjaan
yang prestisius, keluarga yang bahagia, jaringan pertemanan yang sangat
suportif, dan selalu menginspirasi serta menebar positive vibes. Sebagian besar dari mereka bekerja di bidang yang
bagi sebagian orang merupakan hal yang remeh. Let’s say, fotografer, blogger professional, wiraswasta (well, admit
it, beberapa orang masih menganggap remeh pengusaha, kecuali kamu
punya perusahaan multinasional yang omsetnya milyaran rupiah pertahun).
Saya tidak ingin sukses dan mapan
dalam artian bergelimpangan materi. Saya ingin sukses dan mapan dalam artian bahagia.
Memiliki pekerjaan yang nyaman dan menyenangkan adalah salah satu indikator
saya. Tidak perlu bekerja di perusahaan multinasional dengan gaji puluhan juta rupiah perbulan,
cukup pekerjaan yang mampu menghidupi kebutuhan primer saja. Untuk sekunder dan
tersier? Pintu rezeki selalu ada di mana-mana. Allah gak akan pernah salah
kasih rezeki.
Saya ingat saat pertama saya
masuk jurusan Psikologi, tujuan utama saya adalah untuk memahami manusia,
terutama memahami diri sendiri. Namun beberapa tahun setelahnya saya tergiur
dengan betapa prestisiusnya lulusan psikologi dan psikolog. Banyak dari senior
saya yang kemudian bekerja di perusahaan multinasional dengan gaji yang
menggiurkan, menjadi trainer atau recruiter yang sering berpindah-pindah
dari satu kota ke kota lainnya. Belum lagi mendengar bayaran psikolog yang
mahal. Siapa yang tidak tergiur?
Tapi kemudian saya berpikir. Apa
dengan pekerjaan seperti itu saya akan bahagia? Saya sadar saya bukan tipe
orang yang bisa tenang bekerja di sebuah kubikel dengan ritme yang monoton dari
pagi hingga petang. Saya senang bekerja dengan ritme yang dinamis dan memiliki
tantangan yang berbeda di setiap pekerjaan. So,
sebesar apapun gaji yang ditawarkan saya
tidak akan sanggup bekerja dengan kondisi monoton seperti itu. I won’t be happy.
Sukses dan mapan tidak melulu
soal materi. Kalaupun memang sukses dan mapan diukur berdasarkan materi, saya
memilih untuk tidak menjadi sukses dan mapan. Apalah arti sukses dan mapan jika
tidak bahagia?
2 komentar
me too. Buatku happy itu tergantung dapat pekerjaan yang bisa bikin aku mandiri, sekaligus bisa bantu ortu dan semua orang yang aku sayang.
BalasHapusmudah-mudahan setelah lulus ketemu pekerjaan yang cocok ya Awin :)
BalasHapusThank you for leaving a comment. Please come back!