Hello fellas!
Kayaknya sudah lama gue nggak menulis di blog ini. Pake banget, malah! Sampai kayaknya udah banyak yang lupa kalo gue itu blogger. LOL
Anyway, berhubung situasi dan kondisi hidup gue sekarang sudah sangat baik, gue rasa sudah saatnya juga buat gue kembali menulis di blog ini. Gue berencana untuk mengembalikan blog ini sesuai dengan fungsi awalnya : sebagai diari digital.
Kalau lo mengikuti gue di media sosial, lo pasti tahu kalau sekarang gue sudah nggak berdomisili di Indonesia.
Yes, sejak tahun lalu gue sudah ganti status jadi TKI di negara tetangga. Nggak terlalu jauh dari Indonesia memang, tapi pindah ke negara ini adalah salah satu keputusan terbaik yang pernah gue buat.
Living in this city is my best decision ever
Kenapa pindah?
Alasan sederhananya : karena gue dapat tawaran kerja di sini.
Alasan tidak sederhananya : karena gue sudah jenuh dengan kehidupan gue di Indonesia.
Sejujurnya, gue sama sekali nggak punya niatan untuk pindah sampai ke luar negeri. Tapi, kondisi industri startup Indonesia saat itu sedang nggak baik-baik saja karena PHK massal di sebagian besar perusahaan startup. Gue juga merasa jenuh dengan pekerjaan gue yang saat itu terasa monoton.
In the end, gue merasa kalau udah saatnya gue upgrade ilmu. Jadi, sekitar bulan Mei-Juni 2022 gue memutuskan untuk… persiapan daftar S2 marketing. Gue mulai cari-cari informasi soal S2 marketing di Indonesia dan di luar negeri, termasuk pilihan beasiswanya.
Nah, di saat gue lagi mempersiapkan diri itu, tiba-tiba muncul sebuah pesan di akun LinkedIn gue :
Hi there!
I'm a recruiter for XXX Malaysia and came across your Linkedin profile today. After reviewing your background, I would like to share a job opening that fits your background and career growth. This job will require relocation to be based in city of Kuala Lumpur, Malaysia. You will be working with a diverse team of nationalities together in a team.
Jujur, walaupun pesannya kelihatan tempting, gue agak skeptis karena (1) saat itu lagi marak-maraknya penipuan lowongan kerja; dan (2) gue sama sekali nggak pernah dengar nama perusahaan itu.
So, I did what most people would do : do a Google search and stalk their LinkedIn profile.
Setelah melakukan pencarian kayak agen CIA, gue merasa yakin kalau pesan itu legit karena (a) akun LinkedIn beliau terhubung dengan banyak orang dari perusahaan yang sama; dan (b) the company is actually quite famous (confirmed by my cousin).
So I replied to their message and they set me up for a technical test and a series of interviews.
It all happened in July 2022, tapi kemudian gue di-ghosting sampai gue pikir gue memang nggak lolos rekrutmennya. Gue memutuskan buat nggak follow-up apa-apa karena sampai nyaris sebulan gue nggak dapat update apa-apa dari rekruternya.
Sampai di sebuah Senin jam 8 pagi di bulan Agustus, tiba-tiba gue mendapat e-mail dari beliau.
Hi Alifia,
I have great news to share!
Your feedback with the user is overall very positive.
We would like to proceed with offer stage and will provide next update soon this week
And so it begins…
Semua akan menjadi lebih mudah, kalau diatur sama Tuhan
Berhubung gue pindah negara atas sponsor perusahaan, proses visa gue cenderung lebih cepat. Tapi tetap saja, perjalanan buat mendapatkan visa nggak semudah beli cilok di abang-abang kaki lima.
Masalah pertama : paspor gue mati
Masalah kedua: gue harus melampirkan dokumen ijazah S1 yang harus diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh penerjemah berlisensi.
Panik, nggak? Panik, lah, masa engga~
Tapi kalau kata Tuhan gue harus pindah, ya bakal pindah.
Paspor gue bisa selesai dalam waktu kurang lebih dua minggu setelah gue daftar via online. Salah seorang senior gue juga bersedia menghubungkan gue ke seorang penerjemah berlisensi dan ijazah gue bisa diterjemahkan dalam waktu 24 jam.
It took almost a month before I got my visa, but people around me have been supportive enough and helped me through all the process.
Foto terakhir di Indonesia, dengan jilbab yang sudah awut-awutan karena harus ngegeret 2 biji koper sambil gendong ransel dan totebag sendirian. |
The happiest version of me
Let’s be real: gue pindah dari zona nyaman gue di Indonesia ke negara asing. I barely have friends there, I barely understand the language (let’s be real guys, Malay and Indonesian are totally two different languages), and I totally don’t have any relatives here.
In summary: gue sebatang kara di negara orang.
Tapi tinggal sendirian nggak semenyeramkan itu, kok! Gue malah sangat menikmati keseharian gue di sini. Sure, there were times I miss home or I feel lonely. Tapi syukurnya gue selalu punya cara buat mengatasinya, entah itu jalan-jalan, kulineran, atau video call ke rumah.
All in all, I’m happier here. Bahkan keluarga dan teman-teman gue selalu bilang kalau gue terlihat lebih sehat dan bahagia sejak pindah ke sini. My happiness spreads to all my beloved ones and I couldn’t be more grateful.
Well, that’s my updates for now. See you again soon!Sekarang gue bisa foto sambil tersenyum dan memperlihatkan wajah. Dulu boro-boro, paling mentok foto tapi tangan gue pasti menutupi wajah.